Ooh no! Bali lagi Bali lagi. Mau gimana lagi, kali ini
juragan Danang minta ditemenin maen di Bali ama gadis cantik. Jadilah
saya harus menemani berkeliling
Rock Bar - Ayana Resort
Saya tiba di Denpasar hari Kamis pagi, sedangkan Danang
siang harinya. Ada insiden kecil hari itu. Mas ipar saya pulang dari
menjemput Danang, nyetir dalam kondisi mengantuk dan hasilnya nabrak
pager rumahnya. Saya jadi gak berani membangunkan Danang yang tertidur
dan kami pun terlambat berangkat untuk menanti sunset di Rock Bar -
Ayana Resort.
Sebelum Kejadian Mobil Nabrak Pager
Sore itu kami juga berjanji bertemu dengan Yafie dan Rois.
Yafie adalah teman Danang di Klaten yang kebetulan juga sedang liburan
di Bali bersama keluarganya, sedangkan Rois adalah teman seangkatan
Danang di kampus yang sekarang bekerja di Pelabuhan Benoa.
Karena Yafie menginap di Kuta, kami janji bertemu di Simpang
Bandara. Apalah daya miskomunikasi. Yafie ternyata menunggu di simpang
Kuta. Hahahhaa... Yo wes akhirnya kami hanya bertiga dengan Rois.
Pemandangan sunset dari Ayana Resort memang sangat menarik.
Walaupun matahari sebagian tertutup awan namun keindahannya bisa
dinikmati sambil bersantai .
Suasana Malam di Rock Bar
Ada beberapa restaurant dan cafe di Ayana Resort, salah satu yang menarik
selain Rock Bar adalah cafe dengan konsep live music - romantic
acoustics, lupa euy apa namanya. Sayangnya gak lagi ama calon suami. Maklum calon suami saya
masih belum muncul pas di searching di mbah gugel.
Nampang dulu di Tempat Mahal
Menuju Rock Bar bisa melalui tangga atau pun melalui
sejenis eskalator tapi memiliki ruangan kotak seperti lift, yang
melewati taman. Menarik sekali. Untuk sajian makanan dan minuman di Rock
Bar ini jangan ditanya lagi, harganya bikin yang liat daftar harga jadi
mules deh pokoknya. Contohnya minuman semacam fruit juice, mocktail dan snack ringan dibandrol dengan harga Rp 60.000- Rp 120.000. Dan setiap pengunjung harus memesan minimal 1 item.
Sebenarnya kalau kita nongkrong dari jam 3 atau jam 4 hingga jam 8an sih
harga segitu masih bisa dinikmati. Tapi karena sunset yang kami lihat
juga mepet jadi sayang aja bayar segitu tuh. Masih aja ngomel padahal
gak ikut bayar bill
Berasa Foto Model Banget deh Neng ini
Nite at Kuta-Legian
Ketika malam semakin larut kami pun menuju tempat Yafie
menginap di Fave Hotel - Kuta. Kemudian berjalan-jalan di sekitar
Kuta-Legian sambil melihat kehidupan malam bule yang keleleran di
sepanjang jalan. Jam menunjukkan sekitar jam 11 malam ketika bar-bar
mulai memperdengarkan dentuman musik. Kami sih hanya berjalan
berkeliling, foto di monumen ground zero, dan nongkrong di cirkle K.
Yang murah-murah ajalah ya bang, yang penting kan nongkrongnya ama saya yang
baik...
Yafie, Danang, Titin, Rois @ Ground Zero Monument (Kenapa saya jadi seperti dwarf)
Terrace Ceking dan Sunset Kuta
Di hari kedua tujuan sebenarnya adalah menuju ceking
terrace di Ubud lanjut ke Kintamani dan beberapa pantai. Tapi itu hanya
rencana. Kenyataannya hanya ke ceking terrace-Ubud, lalu ke bandara
karena Danang reschedule tiket pulang, belanja di Joger, dan menanti
sunset di pantai Kuta.
Saat kami tiba di ceking terrace, sawah dalam kondisi belum
ditanami padi. Bagus sih, tapi tidak terlalu menarik karna warnanya kurang dominansi hijau.
Sawahnya lagi belum ditanami padi
Yang Penting Abang Bahagia
Dan yang penting saya ikut narsis
Seperti biasa... Kami terlambat tiba di lokasi untuk
menikmati sunset Kuta akibat susah nyari parkiran. Ujung-ujungnya parkir dalam mall. Dan yang tersisa hanya jingga di langit yang mulai gelap. Nikmati saja keterlambatan ini.
Senja di Pantai Kuta
Siluet
Tanjung Benoa - Water sport
Di hari ketiga, akhirnya kami menggunakan motor. Dan
Danang menyesal kenapa tidak dari hari pertama menggunakan motor. Kami
kan hanya berdua dan saya navigator yang disorientasi, jadi nyasar mulu.
Pakai mobil kan susah olah geraknya
Yeaah... Akhirnya Motoran
Untuk menuju Tanjung Benoa, kami melewti tol. Tol di Denpasar ini memotong laut agar tidak memutar. Walaupun ini tol, tapi ada jalur khusus untuk kendaraan roda dua. Jadi mirip konsep Jembatan Suramadu gitu deh.
Gerbang Tol
Pemandangan Laut dari Jalan Tol
Nah... Watersport ini adalah salah satu tujuan utama Danang
ke Bali. Karena dia penasaran bermain fly board. Belum semua lokasi
water sport menyediakan permainan ini, karena ini tergolong permainan baru
dan harganya juga cukup lumayan. Sepanjang Tanjung Benoa yang sempat
kami lewati, saya hanya melihat 2 lokasi yang di luarnya memasang foto
fly board. Dan mampirlah kami ke salah satu lokasi itu.
Setelah lama mikir dan nego dengan mbak salesnya, akhirnya diputuskan saya bermain parasailing dan Danang untuk menutupi rasa penasarannya bermain fly board. Jika ingin bermain di watersport sebaiknya memesan tiket online karena harganya memiliki selisih lebih murah. Hal ini disebabkan ketika langsung datang on the spot, harga adalah include semacam tip untuk salesnya.
Setelah lama mikir dan nego dengan mbak salesnya, akhirnya diputuskan saya bermain parasailing dan Danang untuk menutupi rasa penasarannya bermain fly board. Jika ingin bermain di watersport sebaiknya memesan tiket online karena harganya memiliki selisih lebih murah. Hal ini disebabkan ketika langsung datang on the spot, harga adalah include semacam tip untuk salesnya.
Karena perjalanan kami kali ini lebih banyak tidak
terduganya, ya sudah terima nasib saja bayar sedikit lebih mahal. Untuk
parasailing harga yang saya dapat Rp 190.000 sedangkan untuk fly board
Rp 750.000. Kalau untuk dokumentasi bagi yang bermain parasailing bisa
didokumentasikan oleh temannya. Sedangkan untuk fly board harus
menggunakan dokumentasi dari watersport. 1 lembar foto ukuran 4R
harganya Rp 50.000, jika membeli 10 foto maka akan dikasih soft copy
nya. Ini harganya kayak rampok aja ya, gak mau ditawar pulak...
Sebenarnya saya agak takut ketinggian. Penyebabnya pernah
bermain histeria dan berasa jantung ketinggalan di atas. Weleeh...
Itulah salah satu penyebab saya takut loncat ke Kali Oya pada cerita
sebelumnya. Dan saat ini saya mulai belajar memilih permainan yang berhubungan
dengan ketinggian untuk mengobati rasa takut ini.
Sebenarnya saya ingin parasiling sendiri tanpa didampingi guide. Tapi kata pemandunya bobot saya kurang, angin lagi kencang, jadi harus pake guide supaya beban bertambah. Jaelaah... emang 45kg kurang berat ya, om? Dulu saya gendut tapi dikatain kayak emak-emak makanya diet. Halaah... Malah curhat!
I will fly in to your arm...
Saya kira parasiling
akan menakutkan. Ternyata sangat menyenangkan. Sampai saya minta nambah
sama abangnya, tapi disuruh bayar lagi. Hufft...
Berhasil.. Berhasil... Hore!
Berikutnya giliran saya menunggu Danang. Saya tidak boleh ikut ke arena fly board yang terletak agak ke tengah laut. Menurut cerita Danang, bermain fly board harus penuh keseimbangan. Ada alat seperti sepatu yang dipasang di kaki yang terhubung dengan selang yang dihubungkan dengan jet ski. Jadi ketika jet ski di gas akan ada air yang keluar dari selang dengan tekanan tinggi sehingga kuat untuk memberikan gaya dorong. Tinggal si pemain mengendalikan keseimbangan.
Gayanya kayak oke, padahal mau jatoh ini mah
Waktu datang, muka Danang sih merah kayak abis diapain gitu. Capek kayaknya, bolak-balik jatoh. Kebayang sih, saya mask clearing kemasukan air laut aja heboh, apalagi kebanting-banting dari alat begituan. Yang penting rasa penasaran sudah terbayar, dan kembali dalam kondisi sehat. Karena kabar dari guide, ada yang sampai patah tulang karena pas jatuh kejeduk jet ski. Oke, Done!
Berhasil.. !!!
Nusa Dua, Pantai Pandawa, Kampial dan Sunset di Pantai Blue point
Setelah capek nungguin Danang bermain fly boarding, kami muter-muter di sekitar Nusa Dua. Kami sempat masuk salah satu pantai. Tapi terlalu mainstream jadi keluar lagi.
Taman di Nusa Dua
Gerbang Nusa Dua (Nih lagi gantian Titin yang nyetir motor loh!)
Danang
juga pengen melihat Pantai Pandawa. Ooh plisss... Bener-bener perjalanan
kali ini saya cuma nganterin juragan Danang keliling. Lha wong beberapa
tempat memang sudah saya kunjungi. Kalau menurut saya pribadi pantai Pandawa itu
yang bikin menarik hanya tulisannya dan tebing menuju pantai. Pantainya mah biasa banget. Kami hanya berfoto di sekitar tulisan Pantai
Pandawa saja. Dan menuju lokasi berikutnya... Blue point!
Tebing Menuju Pantai Pandawa
Pemandangan Pantai Pandawa dari Atas
Udah Kesampaian ke Pantai Pandawa
Sebelum melaju ke Pantai Blue Point, Danang mampir sholat di Kampial. Di tulisan yang pernah saya post di awal blog ini, saya pernah menceritakan tentang lokasi ini. Jadi di lokasi ini dibangun 5 tempat ibadah yaitu : Masjid, Gereja Kristen, Gereja Katolik, Pura dan Wihara. Keren kan...
Seperti saya ceritakan sebelumnya, saya juga sudah berkunjung ke Pantai Blue Point. Hanya saja waktu itu tidak sampai turun ke bawah karena mengajak keponakan saya Kinanti. Itulah bedanya dengan perjalanan kali ini. Akhirnya saya menikmati pantai Blue point.
Masjid Agung Ibnu Batutah di Kampial
Gereja Kristen Bukit Doa di Kampial
Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa di Kampial
Pura Jagat Natha Nusa Dua di Kampial
Wihara di Kampial
Seperti saya ceritakan sebelumnya, saya juga sudah berkunjung ke Pantai Blue Point. Hanya saja waktu itu tidak sampai turun ke bawah karena mengajak keponakan saya Kinanti. Itulah bedanya dengan perjalanan kali ini. Akhirnya saya menikmati pantai Blue point.
Pantai Bluepoint dari Cafe yang Berjajar di Atas
Kita dapat menikmati
sunset di Blue Point karena lokasinya berada di barat, berbeda dengan Pantai Pandawa yang terletak di timur. Kami menikmati saat matahari
terbenam di salah satu tempat nongkrong yang terdapat di pantai ini.
Walaupun ternyata kemudian sang surya ketika akan tergelincir tertutup
oleh awan. Nikmati saja setiap detik pergantian siang dan malam ini.
Karena terdapat tanda-tanda kebesaranNya bagi makhluk yang berpikir.
#tumbenwaras
Duduk sambil Menikmati Pendar Merah di Barat Langit
Pulau Menjangan
Ini adalah puncak acara kami kali ini. Perjalanan yang luar
biasa sekali. Akhirnya tercapai salah satu cita-cita saya berkunjung ke
Pulau Menjangan. Walaupun tidak bisa mencapai Pos 2.
Berkunjung ke pulau memang sebaiknya beramai-ramai supaya
share cost jadi lebih murah. Awalnya saya dan Danang pasrah, kami hanya
bisa pergi bertiga dengan Rois. Tapi kenyataan berkata lain. Rois
memiliki kelihaian mengajak teman-temannya untuk ikut ke Pulau Menjangan. Maka kami pergi ber 9 hari itu.
Ada kejadian menarik yang ingin saya ceritakan disini. Jadi
karena rumah mbak Lia tempat kami menginap di daerah Denpasar Timur,
saya dan Danang memutuskan berangkat jam 3 wita, sebelum subuh. Rencananya agar bisa
sampai Labuan Lalang tempat untuk menyeberang ke Pulau Menjangan yang terletak di sekitar Gilimanuk, sekitar jam 8 pagi. Kami pun melaju ke Pelabuhan Benoa
untuk menjemput Rois yang tinggal di mess kantor. Masalahnya adalah kami
tidak bisa menghubungi Rois, dan kami tidak tau kantor Rois yang mana
karena terdapat banyak sekali kantor di sana, sedangkan Rois sendiri
adalah kunci perjalanan karena 6 orang lainnya adalah temannya.
Akhirnya dengan ke-sotoy-an dan pede yang selalu
melekat di diri, saya menebak bahwa Rois bekerja di kantor pengawasan. Kami langsung masuk ke kantor pengawasan. Dan dengan pede masuk ke
bangunan belakang yang memang terlihat sebagai mess lalu berteriak heboh
memanggil "Rois... Rois... Maen yuk!". Tidak lama kemudian muncul
seorang mas berbadan agak tambun dan mengatakan bahwa tidak ada yang
namanya Rois di kantor itu. Bengong. Dan akhirnya direkomendasikan ke
kantor syahbandar. Kalau saya jadi si mas-mas itu kayaknya emosi deh. Jam
03.30 wita dibangunin sama orang salah alamat .
Tapi berdasar analisis seadanya dari Danang, katanya "Wajahnya gak kayak
bangun tidur kok. Jangan-jangan lagi nonton film 'sesuatu' dini hari gini".
Udah salah, masih aja suudzon
Lalu saya dan Danang melanjutkan pencarian Rois ke kantor Syahbandar. Ketemu 2 orang bapak-bapak bertampang malas bin gak enak ngliat
kami. Dan bisa ditebak, Rois juga tidak tinggal di sana. Dari kriteria kerja yang saya utarakan, mereka menyarankan kami untuk ke
kantor UPT.
Kami pun menuju kantor UPT. Dari kejauhan terlihat motor
Rois dengan plat Madiun. Fix! Pasti Rois tinggal di sini. Karena kantor
dikunci dan Rois tidak bisa dihubungi, Danang langsung memanjat masuk
ke dalam kantor. Ya ampun... Untung gak ada yang liat. Gak lucu aja kalo
disangka maling di negeri orang begini .
"Rois... Rois... Mancing yuk!" teriak Danang dan beberapa
saat kemudian akhirnya muncul juga Rois. Alhamdulillah... Ketemu juga ni anak ilang. Dari mess Rois, ada satu orang
lagi yang ikut yaitu mas Bagio. Jadi 5 orang lainnya dimana? Ternyata
tersebar di berbagai lokasi. Di kantor Pelabuhan Benoa yang lain ada mas
Yoga, lalu keluar ke arah Denpasar ada mas Fahmi dan mas Wilo, lalu ke
Tabanan ada mbak Atik pacarnya mas Wilo (dan akhirnya mereka mojok di
sudut mobil bikin mupeng). Dan kami terjebak macet karena ada
kecelakaan, mungkin sekitar setengah jam. Baru setelah itu menjemput
personil terakhir yaitu mbak Indah di Negara. Si Danang udah mirip sopir
travel antar kota dalam provinsi deh tuh . Yup... Overload pulak tuh
avanza, yang penting hepi.
Ketika menunggu mbak Indah di depan gang, kami menyempatkan
diri untuk sarapan bekal makanan yang kami bawa. Kami asyik seperti
orang piknik dekat lampu merah dan diliatin orang-orang yang lewat. Bodo
amat, banyakan ini...
Piknik Dekat Lampu Merah, Makan sambil Nunggu Mbak Indah
Dari Negara perjalanan menuju Labuan Lalang, tidak terlalu jauh. Mungkin sekitar 1
jam. Setelah menghubungi bli Ketut guide kami, fitting alat snorkling,
ganti baju, mengoles sun block (mas Bagio heboh banget pake sun blocknya
sampe kayak mau nglenong ), kami pun menyebrang menuju Pulau Menjangan.
Perjalanan tidak terlalu jauh hanya sekitar 30 menit, sampailah kami di spot pertama. Di spot pertama banyak terjadi kendala.
Guide yang seharusnya memimpin di depan terpaksa tertahan di belakang
karena teman-teman ada yang bermasalah. Seperti ada teman yang belum biasa snorkling, google Danang yang
tembus air dan terakhir kamera underwater yang kami sewa malah rusak
kemasukan air. Jaaah... Jadi gak ada dokumentasi deh. Sedih
Tapi yang namanya berwisata, jangan pernah menyesali
kondisi apapun yang terjadi di lapangan. Just enjoy it! Walaupun gak ada
dokumentasi biar tulisan saya saja yang bercerita. Jadi spot tempat
kami snorkling airnya cukup jernih dan cukup banyak ikan yang
berkeliaran. Lebih banyak dari yang saya temukan di Pulau Tabuhan yang
jaraknya tidak terlalu jauh dari Pulau Menjangan. Terumbu karang
didominasi karang keras, dan terdapat wall. Saya juga sempat melihat ikan berukuran cukup
besar sedang berkeliaran diantara terumbu karang.
Puas berkeliling di spot pertama kami turun berjalan-jalan
di Pulau Menjangan. Disebut Pulau Menjangan karena di pulau ini katanya
hidup banyak menjangan. Tapi meskipun berkeliling mencarinya kami tidak berhasil
menemukannya. Belom rejeki ketemu menjangan kali ya... Rejekinya maen ama
kalian aja.
Pemandangan Dermaga dari Pulau Menjangan
Dokumentasi pun jadinya lebih banyak di darat. Oiya kami tidak dapat masuk ke Pura Ganesha yang
terletak di Pulau Menjangan karena pintu masuknya kata bli Ketut
terletak di Pos 2. Pos 2 sendiri seharusnya merupakan spot ke dua. Tapi
apa daya karena kondisi cuaca dan angin kencang jadi lokasi ini ditutup
untuk sementara waktu daripada dikhawatirkan ada korban.
Berkat tulisan ini Pulang dari Pulau Menjangan Mas Bagio Jadian, Ayo Traktiran!
Foto Keluarga Baru
Santai ae Jum, Ra Usah Mupeng
Ketika snorkling di spot kedua. Terumbu karang yang kami
temukan cenderung lebih sedikit. Tapi saya dan Danang sempat melihat
beberapa soft coral dan timun laut putih berukuran cukup besar sedang
jalan-jalan di dasar perairan. Karena hari sudah semakin siang, arus
semakin kencang karena pasang. Saya sempat disorientasi hampir salah
masuk kapal orang lain. Celingukan dan berputar 360 derajat sampai melihat salah satu teman yang melambai, baru saya mengikuti arah lambaiannya. Dan akibat melawan arus dengan heboh saya kram
dan kelelahan. Sekitar 5 m dari kapal saya minta ditarik sama guide nya
agar mendekati kapal. Capek bang nglawan arus, mana fin kegedean dan
bolak-balik copot. Hadeeh... . Pengen beli fin sendiri deh jadinya. Tapi agak susah nyari ukuran mini.
Kami pun kembali ke Labuan Lalang. Setelah bebersih dan mandi, saya menyelesaikan urusan
pembayaran pada si abang guide. Total pengeluaran kami untuk ke Pulau
Menjangan adalah Rp 230.000/orang include perjalanan dari Denpasar,
bayar guide, sewa kapal, sewa alat snorkling dan makan siang Ayam Betutu.
Untuk mengobati rasa penasaran plus kelaparan kami setelah
berenang, akhirnya kami makan ayam betutu di Gilimanuk yang gosipnya
paling enak. Karena saya bukan penggemar pedas buat saya sih biasa saja.
Tapi itu nggak bisa jadi patokan karena menurut teman-teman lain enak
kok. Malahan mbak Atik beli dibungkus buat kakaknya sekeluarga.
Makan Siang Ayam Betutu Gilimanuk
Dan selesailah perjalanan kami hari itu. Kembali diakhiri dengan mengantar teman satu per satu ke tempat asalnya. Danang bergantian menyetir dengan Rois, dan ada mas Wilo
tim hore yang menyemangati. Ada sebuah kisah dari mas Wilo yang bikin
kami ngakak gak berhenti. Ternyata di spot kedua mas Wilo bermasalah
dengan dua hal, yaitu mual dan pengen pup. Yang akhirnya dia putuskan
mengatasi salah satunya dengan meninggalkan napak tilas di Pulau
Menjangan. Hahhahaaaa.... Ampun mas!
Kondisi over load dalam Avanza
Sekitar jam 10 malam akhirnya saya dan Danang tiba di rumah mbak Lia.
Danang berkemas karena keesokan paginya pulang ke Klaten. Sebenarnya gak
enak juga sama mbak Lia, ikut nginep di rumahnya tapi jarang keliatan.
Muncul cuma bentar pergi lagi. Sama ponakan juga gak maen. Maaf ya mbak
Lia, mas Huri, Kinan & Husna. Nanti tante maen-maen lagi kok, yang gak
kelayapan sama teman, in syaa Allah.
Kolase Anggota Trip Pulau Menjangan
Kembali Ke Bogor
Dan cerita terakhir dari perjalanan kali ini adalah...
Kejadian menjengkelkan yang lagi-lagi perbuatan maskapai singa merah. Check in saya ditolak karena kurang dari 45menit dari waktu
flight. Padahal saya cuma telat 5 menit. Padahal dia hobi delay dan saya
sering banget jadi korban. Padahal saya pengen nabok, tapi apalah daya,
beginilah nasib konsumen di Indonesia. Gak bisa terima aja saya, karena
yang menolak maskapai yang hobi banget delay dan bikin saya telat rapat
atau jadi batal janji.
Akhirnya saya memutuskan flight malam dengan maskapai hijau
idola saya. Karena hampir semua maskapai penuh hingga sore. Sebenarnya sih lebih suka maskapai yang biru tapi karena ini bayar
sendiri jadi pake yang hijau deh. Hahahahaa